Translate

Kamis, 22 Agustus 2013

NASIB AKHIR MATAHARI: ANTARA AL-QUR’AN DAN SAINS

Proses fusi nuklir hidrogen untuk menghasilkan helium pada inti matahari dapat terus berlangsung selama beberapa miliar tahun. Akan tetapi, habisnya hidrogen pada inti matahari dan melimpahnya helium didalamnya bisa menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam distribusi materi dimana helium empat kali lebih berat daripada hidrogen. Ini berarti ketidakseimbangan kepadatan materi bintang serta kehilangan keseimbnagan.
Kondisi ini menuntut adanya gerakan menyeluruh untuk mengembalikan keseimbangan tubuh materi. Hali ini bisa terjadi jika bagian luar materi matahari membesar dan menggelembung dengan sangat besar sehingga menyebabkan penyusutan bagian intinya. Dalam kondisi ini, warna matahari berubah menjadi merah. Dengan penggelembungan ini, matahari berubah menjadi sebuah raksasa besar yang menelan tiga planet pertama: Merkurius, Venus, dan Bumi. Karena itu, pada fase ini, matahari disebut Raksasa Merah.
Jika kekuatan internal pada inti matahari melemah, kerak luar yang menggelembung tidak mampu untuk menyandarkan dirinya kepada sesuatu hingga akhirnya tubuh matahari runtuh menimpa dirinya sendiri dalam sebuah proses disebut dengan at-takwir (digulung/aglomerasi). Hal ini disebabkan oleh gaya gravitasi antarbagian-bagiannya sehingga menyebabkan tubuh matahari menyusut secara tiba-tiba dan cepat. Akibatnya, materi-materi matahari pun menjadi hancur, partikel-partikelnya mengalami interpenetrasi (tumpang tindih) satu sama lain, atom-atomnya saling berdekatan sehingga nyaris terjalin satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, ketika jarak di antara atom-atom tersebut dekat, atom-atom tersebut menolak interpenetrasi ini karena diantara lapisan-lapisan elektron atom-atom tersebut terdapat daya tolak elektrik. Dengan demikian, daya tolak elektrik menjadi seimbang dengan daya tarik yang menyebabkan aglomerasi matahari. Ketika keseimbangan ini terjadi, matahar telah sampai pada fase akhirnya dan selanjutnya ia disebut dengan bintang katai putih karena yang tersisa dari sinarnya hanyalah sinar yang redup. Katai putih adalah benda sangat padat yang kepadatannya mencapai satu ton/1cm3. Dari penjelasan ini, kita dapat baru memahami makna firman Allah, “Apabila matahari digulung,” (QS.at-Takwir: 1) yakni matahari akan berakhir pada proses at-takwir (digulung/digumpalkan) hingga menjadi katai putih. Kata kuwwirat pada ayat ini tentu tidak muncul sembarangan, juga tidak menunjukkan lenyap dan padamnya cahaya matahari karena dalam kamus-kamus bahasa Aarab, kata kerja kawwara merupakan kata kerja yang menunjukkan arti “menggulung dan menggumpalkan” dan hali inilah yang terjadi secara persis pada proses keruntuhan gravitasi (gravitational collapse) karena materi bintang menggumpal dan tergulung satu sama lain.

Berdasarkan hali ini, bangsa Arab menggunakan kata at-takwir sebagai istilah bahasa Arab untuk menyebut proses keruntuhan tersebut karena yang terjadi persis seperti makna yang di tunjukkan oleh kata at-takwir. Bagaimana dengan katai putih itu sendiri? Subrahmanyan Chandrasekhar dan astronomi lain setelah menemukan bahwa bintang-bintang katai putih tidak berada pada satu kondisi. Jika massa kata putih lebih besar dari ukuran matahari kita, ia bisa berkembang, meledak, dan lenyap karena ia dalam keadaan tidak stabil. Adapun katai putih yang massanya sama dengan massa matahari kita, ia akan berada dalam kondisi dimana ia benar-benar stabil setelah cahayanya meredup. Ia mungkin tetap berada dalam kondisi tersebut selama ribuan, bahkan jutaan tahun lamanya. Pada bingkai ini, kita bisa memahami makna firman Allah SWT, “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya (menuju bentuk dan posisi tetapnya [bintang katai putih]). Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.(QS. Yasin: 38).

SANGGANA RATU BALQIS

Allah SWT berfirman, “Seseorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. ‘Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, ‘Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.” (QS. an-Naml: 40).
Sebagian orang berasumsi bahwa kisah pemindahan singgasana Ratu Negeri Saba’, Balqis, ke istana Nabi Sulaiman as hanya salah satu bentuk sihir karena bagaimana mungkin seseorang dapat menghadirkan singgasana Ratu Saba’ dari jarak ribuan kilometer pada masa itu hanya dalam waktu yang tidak mencapai hitungan detik, yait sebelum mata Nabi Sulaiman as berkedip? Kendati ini merupakan salah satu mukjizat oleh Allah SWT untuk Nabi Sulaiman as, sains modern menjelaskan kepada kita bahwa kejadian itu tidak harus diartian sihir. Kejadian itu mungkin terjadi ditinjau dari aspek kacamata ilmiah atau paling tidak aspek teori dalam kaitannya dengan kemampuan kita pada abad ke-21. Akan tetapi, bagaimana hal itu bisa terjadi, inilah tema yang akan kita kupas pada bagian ini.
Energi dan materi adalah dua bentuk yang berbeda dari satu jenis benda yang sama. Materi dapat berubah menjadi energi, sedangkan energi dapat berubah menjadi materi berdasarkan “penyamaan yang populer”. Manusia telah berhasil mengubah materi menjadi energi dalam proses reaksi-reaksi termonuklir yang menghasilkan energi listrik meskipun penguasaan proses pengubahan ini masih menjalani berbagai pengembangan dan perbaikan. Manusia juga telah berhasil mengubah energi menjadi materi meskipun baru sampai pada tataran yang sangat rendah didalam particle accelerator meskipun untuk saat ini baru terbatas pada taatran partikel-partikel.
Pengubahan materi menjadi energi atau sebaliknya, energi menjadi zat, adalah sesuatu yang mungkin, baik seara teknis (ilmiah) maupun praktis, sebab materi dan energi adalah dua entitas yang saling berganti satu sama lain (companion). Pada tataran yang luas, proses pengubahan inisulit dilakukan dan dikontrol jika mengacu pada situasi, kondisi, serta kemampuan teknis dan praktis pada saat ini. Tidak diragukan lagi bahwa untuk mencapai metode-metode ilmiah dan sarana praktis yang diperlukan untuk dapat mengubah energi menjadi materi dan materi menjadi energi dengan mudah, menuntut kemajuan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang luar biasa.
Penjelasan logis tentang apa yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki ilmu dari al-Kitab, terlepas apakah ia manusia ataukah jin, berdasarkan kapasitas pengetahuan yang kita miliki saat ini. Langkah pertama, ia mengubah singgasana Ratu Balqis menjadi semacam energi yang tidak harus berbentuk energi panas seperti energi yang dihasilkan dari reaksi nuklir saat ini yang berkemampuan rendah, tetapi semacam energi yang menyerupai energi listrik atau energi cahaya yang dapat dikirimkan melalui gelombang elektromagnetik. Langkah kedua, ia mengirimkan energi tersebut dari Saba’ ke hadapan Raja Sulaiman as. Karena kecepatan merambat gelombang elektromagnetik sama dengan kecepatan merambat cahaya, yaitu 300.000 km/detik, masa waktu yang dibutuhkan sampai di hadapan Raja Sulaiman as adalah 3.000 kilometer. Langkah ketiga (dan terakhir), ia mengubah kembali energi ketika telah sampai di hadapan Nabi Sulaiman as menjadi materi dalam bentuk sama seperti semula. Dengan kata lain, setiap bagian dan atom dari singgasana tersebut kembali pada posisi masing-masing seperti semula.

Manusia abad ke-20, bahkan abad ke-21, belum mampu melakukan apa yang dilakukan oleh orang berilmu dari al-Kitab pada masa Nabi Sulaiman dua ribu tahun silam lebih. Kemampuan manusia pada masa sekarang baru sebatas usaha menjelaskan apa yang telah terjadi. Apa yang bisa dilakukan manusia pada abad ke-20 sebatas mengubah submateri elemen berat, seperti uranium, menjadi energi melalui proses pemecahan atom unsur-unsur ini.

Jumat, 09 Agustus 2013

LALAT DAN HIKMAH DI BALIK SAYAPNYA

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika seekor lalat terjatuh di minuman salah seorang dari kalian, hendaklah ia menenggelamkannya kemudian mengangkatnya. Sesungguhnya, pada salah satu sayap lalat terdapat penyakit, sedangkan pada sayap lainnya terdapat obat.” (HR. al-Bukhari dan Ahmad.
Hadits ini merupakan salah satu mukjizat Rasulullah SAW di dalam dunia medis. Sejak lima belas abad silam, Rasulullah SAW telah menjelaskan unsur penyakit dan unsur obat yang terdapat pada kedua sayap lalat melalui hadits ini. Di sana, beliau menjelaskan cara mensterilkan air yang telah terkontaminasi oleh bakteri pada salah satu sayap lalat yang hinggap di air tersebut. Caranya, yaitu dengan menenggelamkannya satu sayapnya lagi yang mengandung obat untuk membunuh bakteri didalam air tersebut.
Berbagai eksperimen ilmiah telah membuktikan rahasia di balik hadits tersebut. Hasilnya, salah satu sayap lalat dapat memindahkan bakteri ke suatu tempat. Saat menempel di minuman atau makanan, lalat akan memindahkanbakteri yang ada di sayapnya itu ke dalam minuman atau makanan.  Sementara itu, satu sayapnya lagi menjadi pembunuh bakteri tersebut. Karena itu, menenggelamkan seluruh tbuh lalat ke dalam air ssat air itu ditempeli lalat lantas membuang lalat itu kembali, sudah cukup untuk menghilangkan bakteri yang ada disana. Hali ini menunjukan bahwa pada setiap penyakit, obatnya tersedia di dekatnya.
Dosen bedah tulang dari Fakultas Kedokteran Universitas Alexandria, dr. Amin Ridha, dalam penelitiannya tentang lalat menyebutkan bahwa dari referensi medis kuno ditemukan resep pengobatan penyakit dengan menggunakan lalat. Para ahli bedah yang hidup sepulu tahun sebelum ditemukannya komposisi air liur, yakni dekade ‘30an pada abad 20, mengaku telah melihat secara langsung pengobatan bisul kronis dengan menggunakan lalat.
Atas penjelasan mengenai berbagai penemuan tersebut, ilmu pengetahuan telah membuktikan kebenaran sabda Rasulullah SAW. Dalam perkembangannya, teori ilmu pengetahuan memiliki kesamaan dengan kemukjizatan ilmiah hadits Rasulullah SAW yang sudah ada sejak lima belas abad silam.

BERSIN DAN KUAP

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya, Allah SWT menyukai bersin dan membenci kuap. Jika salah seorang diantara kalian bersin dan mengucapkan hamdalah, wajib atas setiap muslim yang mendengarnya mengucapkan doa untuknya, ‘Yarhamukallah (semoga Allah SWT merahmatimu).’ Adapun menguap itu berasal dari setan. Karen itu, jika salah seorang diantara kalian menguap, hendaklah ia menahan dan menolak sekuat tenaga. Ini karena jika salah seorang diantara kalian menguap, setan menertawainya. (H.R. Bukhari).
Ibnu Hajar mengatakan bahwa al-Khaththabi berkata, “Maksud Allah SWT menyukai bersin dan membenci kuap adalah kembali kepada sebab keduanya. Bersin muncul dari ringannya tubuh, terbukanya lubang pori-pori, dan kondisi perut yang tidak terlalu kenyang. Hal ini berbeda dengan menguap yang muncul akibat penuh dan beratnya badan karena kebanyakan makan dan beragamnya menu makanan yang dikomsumsi. Kondisi pertama menimbulkan rasa giat untuk beribadah, sedangkan kondisi kedua sebaliknya.”
Rasulullah menjelaskan tata cara medoakan orang yang bersin dan jawabannya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian bersin, hendaklah ia mengucapkan alhamdulillah dan hendaklah saudaranya mengucapkan kepadanya yarhamukallah. Jika saudaranya mengucapkan yarhamukallah, hendaklah ia membalasnya dengan ucapan  yahdikumullah wa yuslihu balakum.” (semoga Allah SWT memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (H.R. Bukhari).
Para dokter pada masa kini mengatakan bahwa menguap adalah pertanda jika otak dan tubuh seseorang sedang membutuhkan oksigen dan nutrisi. Kuap juga sebagai pertanda ketidakmampuan sistem pernapasan dalam menjalankan fungsinya menyuplai oksigen ke otak dan bagian tubuh lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan. Kondisi ini terjadi saat seseorang mengantuk, tidak sadarkan diri, atau menjelang ajal. Menguap adalah menghirup udara secara dalam dan kuat melalui mulut, padahal mulut bukanlah jalur untuk menghirup udara yang semestinya karena mulut tidak dilengkapi dengan sistem filter sepert yang terdapat dalam hidung. Mulut yang terbuka pada saat menguap, akan sangat berpotensi termasuki berbagai bakteri, debu, udara, dan serangga. Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan untuk menolak kuat dengan telapak tangan kanan atau punggung tangan kiri.

Adapun bersin adalah kebalikan dari kuap karena bersin adalah mengeluarkan udara dari paru-paru dengan sangat kuat dan secara tiba-tiba melalui hidung dan mulut sekaligus sehinga debu, kotoran, bakteri, dan serangga yang masuk ke dalam sistem pernapasan juga ikut tersentak keluar bersama dengan udara yang dihentakkan. Sudah tentu bersin berasal dari Zat Yang Maha Pengasih karena bersin bermanfaat bagi tubuh. Karena itu, setiap orang diwajibkan memuji Allah SWT atas nikmat bersin dan meminta perlindungan kepadaNya dari setan yang terkutuk saat menguap. 

Sabtu, 27 Juli 2013

LARANGAN MAKAN DAN MINUM SAMBIL BERDIRI

Diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri ra, ia berkata, “Rasulullah SAW menghardik orang yang minum sambil berdiri.” (H.R. Muslim).
Diriwayatkan  oleh Anas dan Qatadah ra dari Rasulullah SAW, ia mengatakan bahwa beliau melarang seseorang untuk minum sambil berdiri. Qatadah berkata, “Mereka kemudian bertanya, ‘Kalau makan ?’ Beliau menjawab, ‘Itu lebih buruk dan lebih jelek.’” (H.R. Muslim dan at-Tirmidzi).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jangan sekali-sekali salah seorang diantara kalian minum dalam keadaan berdiri. Karena itu, barang siapa lupa (makan atau minum sambil berdiri), hendaknya ia memntahkannya.” (H.R. Muslim).

KEMKJIZATAN PELARANGAN DARI SISI KEDOKTERAN

Menurut dr. Abdurrazaq al-Kilani, minum dan makan dalam keadaan duduk lebih tepat, lebih sehat, lebih tenang, dan lebih menyegarkan. Makanan dan minuman yang dikomsumsi oleh seseorang nantinya akan mengalir melalui mukosa gastrik secara halus dan perlahan-lahan. Minum dalam keadaan berdiri akan mengakibatkan jatuhnya cairan minuman tersebut secara tajam dan keras ke dasar lambung sehingga menimbulkan benturan keras. Praktik makan dan minum dalam keadaan berdiri yang dilakukan secara berulang-ulang akan mengakibatkan lambung melemah hingga seiring berjalnnya waktu kekuatan lambung akan menurun  disertai kesulitan pencernaan. Minum dalam keadaan berdiri yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW disebabkan adanya hal-hal yang memaksa beliau untuk tidak duduk, seperti bedesakan di tempat-tempat yang di sakralkan. Lagi pula, apa yang beliau lakukan ini bukanlah kebiasaan yang berlangsung terus-menerus. Begitu juga dengan makan sambil berjalan, hal ini sama sekali tidak menyehatkan. Kebiasaan buruk ini tidak dikenal oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada umunya.

Dikatakan oleh dr. Ibrahim ar-Rawi bahwa saat seseorang berada dalam keadaan berdiri, tubuhnya akan sering mengalami goncangan karena tidak stabil. Sementara itu, agar dapat berdiri tegak, organ-organ keseimbangan dalam pusat syarafnya haruslah berada dalam kondisi yang sangat efektif untuk mengendalikan seluruh otot tubuh agar tetap seimbang. Ini merupakan kondisi yang sangat sulit karena harus ada kerja sama antara organ-organ syaraf dan otot tubuh dalam waktu yang bersamaan. Dalam kondisi seperti ini, seseorang sulit mendapatkan ketenangan sehingga sulit pula untuk makan dan minum, padahal ketenangan adalah syarat utama dalam melakukan kegiatan tersebut. Ketenangan ini hanya dapat diperoleh saat duduk karena sekumpulan urat syaraf dan otot tubuh berada dalam kondisi tenang saat duduk. Dengan begitu, berbagai rangsang pada tubuh pun menjadi aktif. Selain itu, ketenangan juga dapat menambah kemampuan organ-organ pencernaan dalam merespon makanan dan minuman yang masuk serta memprosesnya dalam kondisi sehat dan normal. Ia juga menerangkan bahwa makan dan minum yang dilakukan sambil berdiri bisa mengakibatkan terjadinya refleksi syaraf oleh reaksi syaraf vagus yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi yang terjadi secara keras dan tiba-tiba dapat menyebabkan disfungsi pada syaraf tersebut dalam menghantarkan detak jantung (vagal inhibition). Akibatnya detak jantung terhenti sehingga akan terjadi pingsan atau bahkan kematian mendadak. Terbiasa makan dan minum sambil berdiri dapat membahayakan mukosa gastrik. Hal ini juga memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa sebanyak 95% luka pada lambung terjadi di tempat-tempat yang biasa berbenturan dengan makanan dan minuman yang masuk. Selain itu, pada saat berdiri juga terjadi kontraksi otot pada batang tenggorokan sehingga jalannya makanan menuju lambung terhalang. Hal ini kadang mengakibatkan rasa sakit yang sangat dan terganggunya fungsi pencernaan. Seseorang pun bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.



AIR KENCING UNTA

Diriwayatkan oleh Anas ra, ia berkata, “Sekelompok orang dari suku ‘Ukl datang menemui Rasulullah SAW dan masuk Islam. Mereka menderita sakit perut karena iklim kota Madinah tidak cocok bagi mereka. Rasulullah SAW kemdian memerintahkan kepada mereka untuk mendatangi beberapa unta sedekah agar mereka meminum air kencing dan susu unta-unta tersebut. Merekapun melakukannya. Setelah itu, mereka sembuh dan kesehatan mereka pulih kembali. Akan tetapi, mereka murtad lalu membunh sang penggembala dan membawa lari unta-unta tersebut. Rasulullah SAW lantas memerintahkan pengejaran mereka. Akhirnya, mereka pun ditangkap dan dihadapkan kepada Rasulullah SAW. Beliau pun memotong tangan dan kaki mereka, mencukil mata mereka, serta membiarkan luka mereka itu hingga mereka mati.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Anas ra berkata, “Rasulullah SAW mencukil mata mereka karena mereka juga mencukil mata para penggembala unta-unta tersebut.”
Hal ini seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim. Hadits ini digunakan sebagai dalil bagi para ulama yang berpendapatan bahwa air kencing unta adalah suci. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Malik, Imam Ahmad bin Imam Hanbal, dan sekelompok ulama salaf.

Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW mengizinkan orang-orang itu meminum air kencing unta karena mereka telah terbiasa melakukannya. Tubuh mereka pun telah terbiasa dengan air kencing tersebut. Kondisi mereka ini sama seperti kondisi para pecandu obat-obatan terlarang. Pengobatan terhadap orang seperti ini tidak bisa dilakukan dengan seketika, tetapi harus secara bertahap hingga mereka benar-benar sembuh total. Konteks yang tergambar dari hadits ini dipahami sebagai kondisi darurat atau terpaksa, seperti halnya orang yang memakan bangkai dalam kondisi terpaksa.

Seorang dosen di University of Damascus memanfaatkan resep pengobatan melalui hadits ini untuk mengobati puteranya yang mengalami ganggauan edema atau pembengkakan akibat kelebihan cairan hingga menyebabkan kepalanya membesar (hydrocepalus). Para dokter sudah menyerah untuk mengobatinya. Sang ayah yang seorang ilmuwan muslim ini kemudian teringat kisah dalam hadits tersebut. Ia pun pergi ke daerah pedalaman untuk mencari dan mendapatkan susu unta. Hasilnya ternyata baik dan sangat mengagumkan sejak sang anak meminum susu unta.


Secara ilmiah, susu dan air kencing unta memang sangat mungkin bermanfaat untuk penyakit hydrocepalus. Susu unta mengandung kalsium yang sangat tinggi dan terkonsentrasi. Hali ini seperti yang diungkapkan oleh dr. Mahmud al-Jairi. Dalam bukunya yang menjadi salah satu referensi penting dunia kedokteran Arab, al-Anthaki menjelaskan bahwa unta memakan tumbuh-tumbuhan padang pasir, seperti Artemisia herba-alba dan Achillea fragrantissima (gasyum). Kandungan dalam tumbuhan padang pasir ini dapat melancarkan penyumbatan pembuluh sehingga cairan-cairan yang tertimbun, seperti pada kasus hydrocepalus, dapat mengalir.

Minggu, 02 Juni 2013

HAK PATEN INTERNASIONAL PENEMUAN OBAT TETES MATA BERDASARKAN AL-QURAN (SEORANG ILMUWAN MESIR TERILHAMI BAJU NABI YUSUF AS DALAM MENCIPTAKAN OBAT TETES MATA UNTUK  MENGOBATI PENYAKIT KATARAK)

Seorang ilmuwan Mesir bernama Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad Sayyid, seorang anggota Pusat Lembaga Riset Nasional Mesir, berhasil menciptakan obat tetes mata untuk mengobati penyakit katarak. Ia pun telah berhasil mendapatkan hak paten internasional atas penemuannya tersebut. Pembuatan obat tetes mata ini diilhami dari teks-teks Al-Qur'an dalam surah Yusuf.

Kisah mengenai konspirasi saudara-saudara Nabi Yusuf as serta kebutaan yang menimpa ayahnya, Nabi Yakub as, akibat kehilangan anaknya ini telah mengilhami Muhammad Sayyid dalam penemuan tersebut. Dalam surah Yusuf dijelaskan bahwa Allah SWT dengan rahmat-Nya memberi baju penyembuh bagi Nabi Yakub as untuk diletakkan diwajahnya. Baju itu adalah milik anaknya sendiri dan hali ini telah membuat penglihatannya pulih kembali.

Selain hendak menunjukkan kekuasaan Allah SWT melalui kisah tersebut, Muhammad Sayyid merasa bahwa ada suatu dimensi material dari sekadar dimensi spiritual yang terkandung disana. Karena itu, dengan berbagai riset, ia mencoba membuktikan anggapannya tersebut, Atas izin Allah SWT, Muhammad Sayyid berhasil membuktikannya. Allah SWT berfirman, "...dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia diam menahan amarah (terhadap anak-anaknya)." (QS. Yusuf: 84)/

Menyembuhkan Penyakit Katarak Melalui Keringat

Pada beberapa percobaan ilmiah, telah didapatkan hasil usaha pengembalian protein putih telur yang mengalami pengentalan ke kondisi semula melalui reaksi kimia. Akan tetapi, usaha pengembalian protein melalui reaksi kimia ini tidak berlaku bagi protein lensa mata. Karena itu, usaha yang diperlukan selanjutnya adalah pengembalian protein lensa mata melalui reaksi fisika. Hali ini bertujuan agar protein lensa mata dapat kembali menjalankan fungsinya dengan seimbang tanpa perlu melakukan operasi penggantian lensa mata. 

Berdasarkan hal tersebut, Muhammad Sayyid, melalui kandungan surah Yususf, mulai melakukan penelitian guna mencari tahu cara  menyembuhkan katarak tanpa harus dioperasi. Petunjuk awal didapatkannya dari firman Allah SWT, "Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usaplah kewajah ayahku, nanti dia akan melihat kembali; dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku. Dan ketika kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir), ayah mereka berkata, 'Sesungguhnya aku menciu bau Yusuf , sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku). 'Mereka (keluarganya) berkata, 'Demi Allah, sesungguhna engkau masih dalam kekeliruanmu yang dahulu. 'Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Yakub), lalu dia dapat melihat kembali. Dia (Yakub) berkata, 'Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.' "(QS. Yusuf: 93-96).

Muhammad Sayyid dan beberapa rekannya mulai melakuakn riset. Didapatkan kemudian bahwa satu-satunya unsur yang terdapat pada baju Nabi Yusuf as adalah keringat. Karena itu, riset diteruskan dengan meneliti komponen yang terkandung dalam keringat manusia.

Percobaan pertama adalah merendam lensa mata yang buram ke dalam keringat. Setelah beberapa lama, lensa mata yang buram tersebut secara berangsur-angsur mulai menunjukkan perubahan warna menjadi transparan. Hal ini membuktikan bahwa keringat mengandung komponen yang bermanfaat untuk mengobati katarak. Salah satu komponen yang bermanfaat itu adalah sebuah turunan urea.

Percobaan telah dilakukan terhadap beberapa binatang ynag mengalami keburaman. Dengan memberikan salah satu komponen keringat ini pada lensa mata mereka, lama kelamaan lensa mata yang buram itu mengalami perubahan warna menjadi transparan. Gejala ini terlihat pada kelinci yang diujicobakan untuk berjalan menuju pohon semanggi. Berdasarkan pemeriksaan dengan mengguankan slit lamp atau pemotretan gelombang ultra violet, gejala tersebut juga terjadi pada beberapa binatang percobaan lainnya.

Pembuktian keberhasilan ini juga didapat melalui diagnosis fisiologis dengan menggunakan komputer pada beberpa binatang percoban. Sebelum diberi komponen keringat yang merupakan bahan dasar obat tetes mata, besarnya volume cahaya yang menembus lensa mata tidak lebih dari 2%. Setelah diberi komponen ini volume cahaya tersebut bertambah menjadi 60% dalam waktu seperempat jam. Volume cahaya pun bertambah menjadi 95% di menit ke-30 hinga akhirnya mencapai 99% dalam waktu satu jam.

Tidak ada efek samping dalam pengunaan komponen keringat ini sebagai bahan dasr obat tetes mata, meskpun keringat merupakan kumpulan materi yang berasal dari pembuagan tubuh. Hal ini karena komponen yang digunakan merupakan turunan urea. Untuk membuktikan hal tersebut, telah dilakukan percobaan pada 250 sukarelawan penderita katarak. Hasilnya, pengobatan dengan obat tetes mata yang berbahan dasar salah satu komponen keringat ini mampu mengembalikan lebih dari 90% penglihatan sukarelawan tersebut.

Lain halnya dengan penderita katarak yang lebih memilih penyembuhan lewat jala operasi, mereka banyak terkena efek samping penyembuhan tersebut. Lensa mata mereka memang kembali trasparan, tetapi timbul kemudian penyakit pada retina mata mereka. Hal ini membuat penglihatan mereka tidak dapat kembali seperti semula.