Para pakar ilmu anatomi sampai pada kesimpulan bahwa sepertiga bagian belakang lidah mengandung saraf losofaring (glossopharyngeal nerve), sedangkan dua per tiga bagian depan lidah mengandung saraf cabang yang berasal dari saraf wajah (facial nerve) yang ketjuh. Cabang ini dinamakan dengan saraf membrana tympani (gendang telinga).
Adapun serat-serat perasa yang berada di dalam saraf glosofaring dan semua serat perasa yang berada di dalam chorda tympani seluruhnya muncul dari satu inti tersendiri dalam otak.
Para ilmuwan kini melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa saraf chorda tympani adalah "saraf bingung" karena dia kehilangan jalan. Dia adalah saraf perasa yang muncul didalam inti perasa yang darinya muncul saraf glosofaring kesembilan. Saraf perasa tidak berjalan bersama saraf kesembilan tersebut, tetapi berputar-putar panjang lalu keluar bersama saraf wajah. Dia kemudian memasuki tulang pelindung telinga bagian dalam (petrosal) dan telinga bagian tengah. Dia lalu mengikuti jalan saraf lidah untuk membawa suatu rasa ke bagian depan lidah.
Orang yang ilmunya tidak matang akan melihat bahwa jalan yang panjang dan berliku yang ditempuh saraf bingung ini adalah suatu kesalahan penciptaan, tetapi Allah SWT yang mukjizat kitab-Nya tidak ada habisnya menegaskan tentang masa depan masalah yang berkaitan dengan ini,
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami disegenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar... (QS. Fussilat: 53).
Para ilmuwan telah menyingkap rahasia baru. Perjalanan saraf tersebut di dalam telinga bagian tengah pada sisi dalam adalah untuk menutupi gendang dan menemani tali gendang bagian belakang dan depan. Semua ini mengandung hikmah dan mewujudkan faedah lain. Jadi, bukan merupakan ketersesatan atau kebingungan saraf.
Jika tekanan udara di dalam telinga tengah berkurang, selaput gendang tertarik kearah dalam dan menekan saraf tersebut. Penekanan ini membangkitkan serat-serat saraf perasa yang dibawanya untuk kemudian menyebabkan keluarnya liur dari kelenjar-kelenjar liur (salivary glands). Ini mengharuskan manusia menelan air liurnya. Proses menelan ini menyebabkan terbentuknya lubang rongga penelan (fosse fagocytable) terhadap saluran yang menghubungkan telinga dengan mulut (eustachian tube) sehingga udara masuk ke dalam telinga tengah dan tekanan udara menjadi seimbang kembali, baik di dalam maupun di luar membrana tympani (gendang telinga). Dia kembali normal dan saraf bingung (labyrinth) sudah tidak tertekan, pengeluaran liur terhenti, dan seterusnya. Allah SWT berfirman,
"...,'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (QS. Ali Imran: 191).
Jika kita terus berupaya mengenali rahasia dan keajaiban-keajaiban tubuh manusia, kita pun akan tercengang dan heran. Sementarai ini, kita cukupkan dengan kadar yang sederhana. Marilah kita kembali berpikir tentang ayat-ayat Al-Qur'an yang menyifati penciptaan manusia. Barangkali kita dapat memberikan penilain terhadapnya walaupun hanya sebagian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar