Translate

Sabtu, 27 Juli 2013

LARANGAN MAKAN DAN MINUM SAMBIL BERDIRI

Diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri ra, ia berkata, “Rasulullah SAW menghardik orang yang minum sambil berdiri.” (H.R. Muslim).
Diriwayatkan  oleh Anas dan Qatadah ra dari Rasulullah SAW, ia mengatakan bahwa beliau melarang seseorang untuk minum sambil berdiri. Qatadah berkata, “Mereka kemudian bertanya, ‘Kalau makan ?’ Beliau menjawab, ‘Itu lebih buruk dan lebih jelek.’” (H.R. Muslim dan at-Tirmidzi).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jangan sekali-sekali salah seorang diantara kalian minum dalam keadaan berdiri. Karena itu, barang siapa lupa (makan atau minum sambil berdiri), hendaknya ia memntahkannya.” (H.R. Muslim).

KEMKJIZATAN PELARANGAN DARI SISI KEDOKTERAN

Menurut dr. Abdurrazaq al-Kilani, minum dan makan dalam keadaan duduk lebih tepat, lebih sehat, lebih tenang, dan lebih menyegarkan. Makanan dan minuman yang dikomsumsi oleh seseorang nantinya akan mengalir melalui mukosa gastrik secara halus dan perlahan-lahan. Minum dalam keadaan berdiri akan mengakibatkan jatuhnya cairan minuman tersebut secara tajam dan keras ke dasar lambung sehingga menimbulkan benturan keras. Praktik makan dan minum dalam keadaan berdiri yang dilakukan secara berulang-ulang akan mengakibatkan lambung melemah hingga seiring berjalnnya waktu kekuatan lambung akan menurun  disertai kesulitan pencernaan. Minum dalam keadaan berdiri yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW disebabkan adanya hal-hal yang memaksa beliau untuk tidak duduk, seperti bedesakan di tempat-tempat yang di sakralkan. Lagi pula, apa yang beliau lakukan ini bukanlah kebiasaan yang berlangsung terus-menerus. Begitu juga dengan makan sambil berjalan, hal ini sama sekali tidak menyehatkan. Kebiasaan buruk ini tidak dikenal oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada umunya.

Dikatakan oleh dr. Ibrahim ar-Rawi bahwa saat seseorang berada dalam keadaan berdiri, tubuhnya akan sering mengalami goncangan karena tidak stabil. Sementara itu, agar dapat berdiri tegak, organ-organ keseimbangan dalam pusat syarafnya haruslah berada dalam kondisi yang sangat efektif untuk mengendalikan seluruh otot tubuh agar tetap seimbang. Ini merupakan kondisi yang sangat sulit karena harus ada kerja sama antara organ-organ syaraf dan otot tubuh dalam waktu yang bersamaan. Dalam kondisi seperti ini, seseorang sulit mendapatkan ketenangan sehingga sulit pula untuk makan dan minum, padahal ketenangan adalah syarat utama dalam melakukan kegiatan tersebut. Ketenangan ini hanya dapat diperoleh saat duduk karena sekumpulan urat syaraf dan otot tubuh berada dalam kondisi tenang saat duduk. Dengan begitu, berbagai rangsang pada tubuh pun menjadi aktif. Selain itu, ketenangan juga dapat menambah kemampuan organ-organ pencernaan dalam merespon makanan dan minuman yang masuk serta memprosesnya dalam kondisi sehat dan normal. Ia juga menerangkan bahwa makan dan minum yang dilakukan sambil berdiri bisa mengakibatkan terjadinya refleksi syaraf oleh reaksi syaraf vagus yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi yang terjadi secara keras dan tiba-tiba dapat menyebabkan disfungsi pada syaraf tersebut dalam menghantarkan detak jantung (vagal inhibition). Akibatnya detak jantung terhenti sehingga akan terjadi pingsan atau bahkan kematian mendadak. Terbiasa makan dan minum sambil berdiri dapat membahayakan mukosa gastrik. Hal ini juga memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa sebanyak 95% luka pada lambung terjadi di tempat-tempat yang biasa berbenturan dengan makanan dan minuman yang masuk. Selain itu, pada saat berdiri juga terjadi kontraksi otot pada batang tenggorokan sehingga jalannya makanan menuju lambung terhalang. Hal ini kadang mengakibatkan rasa sakit yang sangat dan terganggunya fungsi pencernaan. Seseorang pun bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.



AIR KENCING UNTA

Diriwayatkan oleh Anas ra, ia berkata, “Sekelompok orang dari suku ‘Ukl datang menemui Rasulullah SAW dan masuk Islam. Mereka menderita sakit perut karena iklim kota Madinah tidak cocok bagi mereka. Rasulullah SAW kemdian memerintahkan kepada mereka untuk mendatangi beberapa unta sedekah agar mereka meminum air kencing dan susu unta-unta tersebut. Merekapun melakukannya. Setelah itu, mereka sembuh dan kesehatan mereka pulih kembali. Akan tetapi, mereka murtad lalu membunh sang penggembala dan membawa lari unta-unta tersebut. Rasulullah SAW lantas memerintahkan pengejaran mereka. Akhirnya, mereka pun ditangkap dan dihadapkan kepada Rasulullah SAW. Beliau pun memotong tangan dan kaki mereka, mencukil mata mereka, serta membiarkan luka mereka itu hingga mereka mati.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Anas ra berkata, “Rasulullah SAW mencukil mata mereka karena mereka juga mencukil mata para penggembala unta-unta tersebut.”
Hal ini seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim. Hadits ini digunakan sebagai dalil bagi para ulama yang berpendapatan bahwa air kencing unta adalah suci. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Malik, Imam Ahmad bin Imam Hanbal, dan sekelompok ulama salaf.

Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW mengizinkan orang-orang itu meminum air kencing unta karena mereka telah terbiasa melakukannya. Tubuh mereka pun telah terbiasa dengan air kencing tersebut. Kondisi mereka ini sama seperti kondisi para pecandu obat-obatan terlarang. Pengobatan terhadap orang seperti ini tidak bisa dilakukan dengan seketika, tetapi harus secara bertahap hingga mereka benar-benar sembuh total. Konteks yang tergambar dari hadits ini dipahami sebagai kondisi darurat atau terpaksa, seperti halnya orang yang memakan bangkai dalam kondisi terpaksa.

Seorang dosen di University of Damascus memanfaatkan resep pengobatan melalui hadits ini untuk mengobati puteranya yang mengalami ganggauan edema atau pembengkakan akibat kelebihan cairan hingga menyebabkan kepalanya membesar (hydrocepalus). Para dokter sudah menyerah untuk mengobatinya. Sang ayah yang seorang ilmuwan muslim ini kemudian teringat kisah dalam hadits tersebut. Ia pun pergi ke daerah pedalaman untuk mencari dan mendapatkan susu unta. Hasilnya ternyata baik dan sangat mengagumkan sejak sang anak meminum susu unta.


Secara ilmiah, susu dan air kencing unta memang sangat mungkin bermanfaat untuk penyakit hydrocepalus. Susu unta mengandung kalsium yang sangat tinggi dan terkonsentrasi. Hali ini seperti yang diungkapkan oleh dr. Mahmud al-Jairi. Dalam bukunya yang menjadi salah satu referensi penting dunia kedokteran Arab, al-Anthaki menjelaskan bahwa unta memakan tumbuh-tumbuhan padang pasir, seperti Artemisia herba-alba dan Achillea fragrantissima (gasyum). Kandungan dalam tumbuhan padang pasir ini dapat melancarkan penyumbatan pembuluh sehingga cairan-cairan yang tertimbun, seperti pada kasus hydrocepalus, dapat mengalir.